TAMAN SARI, WISATA KLASIK NAN MENARIK DI JOGJA ISTIMEWA
Gerbang Hageng |
Berwisata menjadi
salah satu hal yang sangat dibutuhkan manusia, mulai dari para pelajar,
pekerja, pembisnis, penulis bahkan hingga pemulung sekalipun. Dan tentunya
masih banyak lagi profesi-profesi lain yang dapat dideteksi dari macam-macam
pewisata jika dilihat dari sudut pandang profesi mereka. Pasalnya berwisata
atau yang biasa disebut dengan “halan-halan” ala lahjah anak muda ngehits
atau bahkan “rihlah” istilah yang biasa digunakan anak sekolah khususnya yang
berbasis islam dan asrama, sebagai sebuah media untuk tujuan tertentu
sebagaimana maksud pewisata masing-masing. Adakalanya sebagai sarana refresing
(hal ini yang menjadi maksud kebanyakan pewisata) setelah melakukan berbagai
aktifitas, pembuktian diri (maksud ini yang biasa dilakukan kaula muda
khususnya para traveler), bukti eksistensi diri (anak zaman now yang
instragamble tentu memilih maksud ini untuk paparazi tempat-tempat hitz guna
mengisi setiap wall di sosmed mereka), eksplore budaya dan pengetahuan (bagi
para pecinta budaya dan penjaga kelestarian alam maksud ini mungkin sangat
cocok), dan masih banyak lagi maksud para pewisata lainnya.
Dalam berwisata
tujuan (tempat kunjungan) tentu menjadi hal yang paling penting dan utama yang
harus disiapkan terlebih dahulu, selain persiapan berikutnya seperti buget,
transportasi, akomodasi dan pretelan-pretelan lainnya. Beberapa tempat tujuan
wisata misalnya yang bergenre hiburan atau pendidikan, kuliner atau cinderamata
serta modern atau klasik. Jika anda mencari tempat tujuan yang klasik maka
water castel jogja adalah salah satunya. Tempat wisata yang klasik nan menarik
ini, merupakan wisata budaya zaman old yang masih terus terjaga kelestariannya
hingga zaman now.
Dalam sejarah
kerajaan-kerajaan di jawa pasti memiliki ke khasan dalam insfrastrukturnya,
yaitu adanya keraton, alun-alun, dan juga tempat pemandian (zaman dulu tempat
pemandian bearti tempat rekreasi bagi sulthan dan keluarganya sehingga bukan
hanya berupa kolam tempat mandi tetapi dilengkapi dengan berbagai fasilitas
lainnya)
Begitu juga
dengan istana air (ing: water castel) merupakan sebutan lain dari Tamansari Yogyakarta.
Salah satu Tempat wisata bersejarah yang banyak menjadi destinasi para pewisata
lokal dan interlokal. Tamansari berada di wilayah Keraton Yogyakarta, hal ini
sebagai bukti bahwa Tamansari merupakan salah satu bangunan Keraton yang
sengaja dibuat oleh Sulthan Yogyakarta. Taman sari bearti “taman yang indah”
didirikan oleh Sulthan Hamengkubuowo I pada 1758 M, berada sekitar 500 meter
arah barat daya Keraton. Tepatnya di desa Patehan Kraton Kota Yogyakarta saat
ini (2018) berada tepat di belakang pasar ngasem yogyakarta. Sebagaimana fungsi
tempat pemandian di zaman kerajaan seperti yang diterangkan di atas, Tamansari konon
menjadi tempat rekreasi dan kolam pemandian atau disebut juga sebagai
pesanggrahan Sulthan dan keluarganya. Tempat ini dibangun sebagai lambang
kejayaan Raja Mataram yang memiliki nilai arsitektur dan keunikan dari setiap
segi bangunannya yang memiliki nilai filosofis yang dalam.
Berikut ini beberapa fungsi dari Tamansari di jaman Sulthan Yogyakarta:
1.
Tempat pertahanan dan
perlindungan
2.
Tempat religius
3.
Tempat istirahat dan rekreasi
Tamansari
merupakan bangunan yang terdiri dari beberapa komplek, komplek-komplek tersebut
saat ini (2018) berada diantara mukim penduduk, yang penduduknya sudah maklum
dengan lalu lalang para wisatawan disekitar pemukiman mereka. Sehingga untuk
mengunjungi seluruh ikon Tamansari perlu berpindah-pindah komplek, akan tetapi keluar
masuk komplek masih dengan tiket yang sama digunakan saat masuk gerbang utama pintu masuk bagi wisatawan. Komplek-komplek
tersebut diantaranya:
1. Danau buatan yang terletak di sebelah barat
2. Bangunan yang berada di sebelah selatan
3. Pasarean Ledok Sari dan kolam garjitawati yang terletak di selatan bagian kedua
4. Bagian sebelah timur yang memanjang dari pemandian Umbul Binangun sampai Pasarean Ledok Sari dan Kolam Garjitawati, merupakan danau dan pulau buatan serta jembatan gantung dan kanal
Jika dirinci
secara detail terdapat 21 bangunan tamansari yang tersebar pada seluruh
komplek, diantaranya: (dapat dibaca di: 21 bangunan di komplek taman sari).
Dari keseluruhan
bangunan tersebut terdapat 4 bangunan yang paling menarik dinikmati pewisata
sebagai tempat mengulas sejarah dan juga tentunya berfoto ria sebagai generasi
milenial yang mana foto menjadi suatu hal yang sangat disukai dan diminati dari
generasi ke generasi. Keempat bangunan tersebut diantaranya adalah:
1. Gedong gapura Hageng
2. Pasiraman Umbul Binangun
3. Gedong Gapura Panggung
4. Sumur Gumuling
Pasiraman Umbul Binangun |
Nah saat
berkunjung kesana, saya sangat terkesan dengan bangunan bersejarah tersebut
sehingga terlintas di pikiran saya, bagaimana fenomena kehidupan berkeluarga sang Sulthan saat itu. Selama mengunjungi tempat tersebut drama klasikal bermain di
bayangan pemikiran saya. Sehingga saya tahu mungkin berwisata khususnya wisata
bersejarah adalah salah satu cara kita menikmati kehidupan lampau nenek moyang
kita, yang mana dari situ kita dapat mengambil berbagai inspirasi dan pelajaran
dari situs-situs tersebut.
Perjalanan saat
itu saya mulai pada jam 8.30 tiba ditempat parkir tepatnya di belakang Pasar Ngasem. Yaang konon menurut cerita sebenarnya sisi depan Tamansari dahulu
menghadap ke arah barat (arah ka’bah), yaitu sekarang (2018) mengarah ke Pasar Ngasem sehingga sisi depan Tamansari sudah tidak terlihat. Jadi jika bertanya
dimana sisi depan Tamansari yaitu tepat di belakang Pasar Ngasem. Oleh karenanya
saya pun memasuki komplek Tamansari melewati pemukiman penduduk dan
mengelilingi beberapa bangunan hingga sampai ke tempat parkir Tamansari yang
berada di depan bangunan Gedong Gapura Panggung (merupakan pintu masuk utama
bagi wisatawan untuk memasuki komplek situs Pesanggrahan Tamansari). Saat tiba
di depan pintu masuk tersebut ternyata sudah banyak sekali pengunjung yang
mengantri untuk mendapatkan tiket, bahkan loket pembelian tiketpun belum dibuka
waktu itu. Memang sudah tertera di pengumuman loket bahwa jam buka Tamansari
pada pukul 09.00 WIB. Akan tetapi karen waktu itu hari Ahad maka pengunjung Tamansari sangat membeludak.
Kolam Pemandian Raja |
Jam kunjung dan harga tiket Tamansari
Buka setiap hari pukul: 09.00-16.00 WIB
Harga tiket lokal: Rp. 5000,00
Harga tiket interlokal: 15.000,00
Izin peralatan foto (kamera): Rp. 3000,00
*inget ya di tempat ini dilarang penggunaan camera drone
Setelah
memasuki Gapura Hageng maka akan kita jumpai halaman yang menghubungkan dengan
bangunan Pasiraman Umbul Binangun. Pada halaman tersebut terdapat beberapa
tanaman yang konon menurut sejarah dahulu digunakan untuk deodoran alami para
putri kraton raja Mataram, saat ini pohon tersebut dikenal dengan sebutan pohon Kepel.
Selepas mengetahui
tanaman yang cukup memberi pengetahuan kepada pengunjung, maka bangunan yang
dapat dilihat selanjutnya adalah kolam pemandian yang terdiri dari 3 kolam
diantaranya: Umbul Kawitan, Umbul Pamuncar, Umbul Panguras. Salah satu cerita
yang menarik yang pada waktu itu menjadi perhatian para pengunjung khususnya
kaum bapak-bapak adalah sebuah cerita dari guide bahwa konon sang raja melihat
para istri dan selir serta anak-anak raja yang sedang berada di kolam dari
bangunan bertingkat 2. Dari lantai atas tersebut sang raja melempar bunga dan
bagi istri yang mendapatkan bunga tersebut maka diajaklah oleh sang raja ke
pemandian khusus raja yang berada di sebelah bangunan bertingkat tersebut. Sumber
lain mengatakan bahwa sang raja hanya memilih diantara para istri yang badannya
kelihatan menarik saat berada di kolam. Oleh karenanya dahulu hanya para istri
dan putri-putri raja serta perempuan yang diizinkan raja yang boleh memasuki
bangunan tersebut. Dari cerita tersebut saya juga menyimpulkan bahwa sejarah
juga memiliki sisi eksotisnya tersendiri. Setelah berkeliling menikmati kolam
kolam tersebut terdapat tangga di sebelah barat kolam yang merupakan pintu
keluar dari bangunan tersebut saat ini (walaupun saya sebenarnya belum puas
berkeliling di umbul binangun tapi saya diharuskan keluar karena sudah
terlanjur melangkahkan kaki keluar dari pintu tersebut), menurut saya banyak
para wisatawan yang tidak mengetahui bahwa pintu tersebut merupakan pintu
keluar bangunan umbul binangun karena tulisan “exit/keluar” berada di sisi luar
pintu tersebut. Dan lebih nyeselnya setelah dari pintu tersebut tidak
diperbolehkan masuk kembali melalui pintu tersebut, hanya kata-kata “tidak
boleh masuk lagi lewat sini mas mbk, makanya jangan tergesa-gesa di dalam” oleh
para penjaga. Hal ini tentunya menjadi koreksi bagi pemelihara wisata.
Untungnya kami
tetap bisa melihat situs lain dari Tamansari yaitu pintu Gapura Hageng. Yang memiliki
arsitektur berornamen bunga-bunga dan sayap burung, konon di halaman ini terdapat
bangunan gedung lopak-lopak segi delapan yang saat ini sudah tidak dapat dilihat lagi.
Setelah puas
menikmati gapura tersebut, berpindah ke sisi kanan gapura terdapat pintu kecil
yang dapat digunakan sebagai jalan menuju Sumur Gumuling, tentunya juga melewati
pemukiman penduduk yang juga menjajakan snack dan minuman serta toilet. Komplek situs Sumur Gumuling merupakan tempat yang dahulu digunakan untuk bermeditasi. Tempat
yang saat ini sangat populer untuk berfoto ria adalah ikon tempat yang meninggi
dengan anak tangga. terdiri dari 4 tangga yang dipertemukan di ujung atasnya serta terdapat 1 tangga menuju lantai 2. Saat saya
berkunjung sangat kesusahan untuk berfoto di tempat tersebut karena sangat
ramainya pengunjung sehingga memerlukan waktu antri yang panjang. Sehingga saya
hanya mmengambil foto pada sisi lain dari komplek tersebut.
Perjalanan dilanjutnya
dengan berkeliling mencari jalan keluar menuju sisi depan Gerbang Panggung, beberapa kali tersesat ke pemukiman, akan tetapi untungnya menemui
komplek lain yang merupakan bangunan peraduan raja dan permaisuri yang disebut
Pesarean Ledok Sari. Komplek ini sepi dan jarang yang mengunjungi tempat ini,
tidak seperti kolam Binangun dan Gerbang Hageng, pasalnya letak komplek ini sekarang berada di
sisi pojok pemukiman dan harus melalui bangunan Gedong Madaran yang konon
katanya adalah sebuah dapur yang digunakan untuk menyiapkan jamuan raja. Di komplek
bangunan ini saya merasakan romantisme yang dijalin raja dengan permaisuri. Mungkin
raja juga menghindari keraimaian yang ada di bangunan pemandian binangun dimana
para selir serta putri-putri raja berada.
Setelah beberapa
kali menyimpan foto kenangan di komplek tersebut saya lanjutnya mencari jalan
keluar dari tamansari yang dirasa cukup membingungkan. Walaupun di beberapa
tempat ada arah panah yang menunjukkan jalan keluar. Tetapi saya baru bisa
menemui pintu keluar setelah berkeliling dua kali putaran sampai tersesat ke
sebuah ruangan yang terlihat seperti parit-parit atau tempat aliran air. Yang setelah
saya telusuri dari berbagai sumber ternyata bangunan tersebut adalah tempat
peraduan raja dan permaisuri dimana terdapat tempat tidur raja yang mengalir
aliran air dibawahnya.
Ada beberapa
hal yang kurang mendukung saat saya berkunjung kesana, salah satunya tidak
adanya fasilitias umum seperti tiolet dan tempat ibadah. Sehingga pengunjung
yang membutuhkan akan kesulitan mencarinya.
Demikian beberapa tips untuk berwisata ke taman sari :
1.
Cari waktu yang tepat agar
tidak terlalu crowded dengan pengunjung lain. Disarankan tidak hari Ahad atau
hari libur supaya tidak berdesak-desakan dengan pengunjung lain dan dapat bebas berfoto ria.
2.
Lihat situs foto-foto
sebelum berkunjung supaya mendapat foto yang populer
3.
Membaca ulasan sejarahnya
terlebih dahulu agar bisa lebih mudah menemukan setiap situs-situs yang ada.
Comments
Post a Comment