5 Unsur Kecerdasan Emosi Menurut Daniel Goleman

5 Unsur Kecerdasan Emosi Menurut Daniel Goleman

1.    Unsur-Unsur Kecerdasan Emosi
Menurut Daniel Goleman dalam kecerdasan emosi terdapat dua hal yang harus dimiliki, yaitu pertama, kecakapan pribadi yang meliputi kesadaran diri, pengendalian diri, memotivasi diri. Kedua, kecakapan sosial yang meliputi empati dan membina hubungan.
a.    Kesadaran diri
Yaitu mengetahui apa yang dirasakan, dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat. Kesadaran diri menjadi hal yang penting dalam kecerdasan emosi, karena merupakan kemampuan mendasar dari kecerdasan emosi. Para ahli psikologi menyebut kesadaran diri sebagai metamood, yaitu kesadaran seseorang terhadap emosinya sendiri.[1]
Adapun unsur-unsur kesadaran diri adalah:[2]
1)      Kesadaran emosi: mengenali emosi diri sendiri dan efeknya.
2)      Penilaian diri secara teliti: mengetahui kekuatan dan batas-batas diri sendiri.
3)      Percaya diri: keyakinan tentang harga diri dan kemampuan sendiri.
Kesadaran diri bukan perhatian yang larut ke dalam emosi, bereaksi secara berlebihan dan melebih-lebihkan sesuatu yang diserap. Ada beberapa indikator untuk mengetahui kesadaran diri, yaitu kemampuan mengenali perasaan diri sendiri, mampu mengungkapkan suasana batin dengan kata-kata dan mengetahui hubungan antara pikiran, perasaan dan reaksi yang ditimbulkan. Sedangkan langkah-langkah untuk mengetahui kesadaran diri adalah mendengarkan suara hati dan memahami alam bawah sadar agar dapat menyesuaikan diri dengan suara hati.[3]



b.   Pengendalian Diri
Yaitu kemampuan menangani emosi sehingga berdampak positif kepada pelaksana tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, dan mampu memulihkan kembali dari tekanan emosi. Dalam pengendalian diri terdapat kecakapan untuk menangani perasaan agar tetap selaras sehingga tercapai keseimbangan emosi dalam diri individu.[4]
Dalam pengendalian diri terdapat kecakapan untuk menangani perasaan agar tetap selaras sehingga tercapai keseimbangan emosi dalam diri individu. Kemampuan ini mencakup upaya dalam menghibur diri, melepas kecemasan, kemurungan serta kemampuan untuk bangkit dari keterpurukan.[5]
Adapun unur-unsur pengendalian diri adalah:[6]
1)      Kendali diri: mengelola emosi-emosi dan desakan-desakan hati yang merusak.
2)   Sifat dapat dipercaya: memelihara norma kejujuran dan integritas.
3)   Kewaspadaan: bertanggung jawab atas kinerja pribadi.
4)   Adaptibilitas: keluwesan dalam menghadapi perubahan.
5)   Inovasi: mudah menerima dan terbuka terhadap gagasan, pendekatan, dan informasi-informasi baru.
c.    Memotivasi Diri Sendiri
Yaitu kemampuan untuk menggerakan dan menuntun untuk menuju sasaran serta membantu mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif, dan bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi.[7]
Disamping itu juga motivasi merupakan satu variable yang digunakan untuk menimbulkan faktor-faktor tertentu yang dapat membangkitkan, mengelola, mempertahankan dan menyalurkan tingkah laku menuju satu sasaran.[8]
Adapun unsur-unsur motivasi adalah:[9]
1)   Dorongan prestasi: dorongn untuk menjadi lebih baik atau memenuhi standar keberhasilan.
2)   Komitmen: menyesuaikan diri dengan sasaran kelompok atau perusahaan.
3)   Inisiatif: kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan.
4)   Optimisme: kegigihan dalam memperjuangkan sasaran sekalipun ada halangan dan kegagalan.
Motivasi diri bearti kemampuan untuk mendorong dan menumbuhkan semangat diri sendiri untuk menghadapi tantangan hidup dan berprestasi lebih tinggi. Kunci utama motivasi diri adalah adanya harapan dan optimisme. Dari sudut pandang kecerdasan emosional, mempunyai harapan bearti seseorang tidak akan terjebak dalam kecemasan, bersikap pasrah, atau depresi dalam menghadapi sulitnya tantangan kehidupan. Sedangkan optimisme merupakan sikap yang menyangga orang agar tidak sampai terjatuh dalam sikap masa bodoh, putus asa atau depresi apabila berhadapan dengan kesulitan. Optimisme yang akan dikembangkan adalah optimisme realistis, sebab optimisme yang terlalu naif akan mendatangkan malapeta. Kemudian yang menjadi dasar lahirnya harapan dan optimisme adalah pendayagunaan diri. Yakni keyakinan bahwa manusia mempunyai penguasaan atas peristiwa-peristiwa dalam hidupnya dan dapat menghadapi tantangan sewaktu tantangan tersebut muncul.[10]
d.   Empati
Yaitu kemapuan merasakan yang dirasakan oleh orang lain, mampu memahami perspektif orang lain, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan semua orang.[11]
Istilah emapati seringkali dikaitkan dengan simpati. Perbedaan kedua istilah tersebut terletak pada intensitasnya. Apabila seseorang sekedar mencoba ingin mengetahui apa yang dialami orang lain, maka pada intensitas ini seseorang telah memiliki simpati. Tetapi jika mencoba untuk dapat memahaminya lebih jauh menurut cara pandang orang lain, maka disebut dengan empati.[12]
Adapun unsur-unsur empati adalah:[13]
1)      Memahami orang lain: menginderakan perasaan dan perspektif orang lain, dan menunjukkan minat aktif terhadap kepentingan orang lain.
2)      Orientasi pelayanan: mengantisipasi, mengenali, dan berusaha memenuhi kebutuhan orang lain.
3)      Mengembangkan orang lain: merasakan kebutuhan perkembangan orang lain dan berusaha menumbuhkan kemampuan orang lain.
4)      Mengatasi keragaman: menumbuhkan peluang melalui pergaulan dengan semua orang.
5)      Kesadaran politis: mampu membaca arus-arus emosi sebuah kelompok dan hubungannya dengan kekuasaan.
Kelima unsur diatas menunjukkan bahwa empati merupakan upaya seseorang untuk memberikan respon terhadap keadaan orang lain melalui sudut pandang orang tersebut. Dalam konteks ini, orang yang berempati menjadikan kesadaran dirinya sebagai ukuran dan pertimbangan. Artinya ia berupaya menyelami kondisi seseorang dengan mendasarkan pada kondisi pribadinya. Dari hal inilah akan timbul dalam diri seseorang sikap memahami, melayani, dan mengembangkan apa yang menjadi kebutuhan orang lain.[14]
e.    Membina Hubungan/ Keterampilan Sosial
Yaitu kemampuan menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar, serta menggunakan ketrampilan ini untuk mempengarhui dan memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan, dan untuk bekerja sama serta bekerja dalam tim.[15]
Adapun unsur-unsur ketrampilan sosial adalah:[16]
1)      Pengaruh: memiliki taktik dan cara yang tepat untuk melakukan persuasi.
2)      Komunikasi: mengirimkan pesan yang jelas dan menyakinkan.
3)      Kepemimpinan: membangkitkan inspirasi dan memandu kelompok dan orang lain.
4)      Katalisator Perubahan: memulai dan mengelola perubahan.
5)      Manajemen konflik: negosiasi dan pemecahan silang pendapat.
6)      Pengikat jaringan: menumbuhkan hubungan sebagai alat untuk menumbuhkan kebersamaan.
7)      Kolaborasi dan kooperasi: kerjasama dengan orang lain demi tujuan bersama.
8)      Kemampuan tim: menciptakan sinergi kelompok dalam memperjuangkan tujuan bersama.
Ketrampilan-ketrampilan diatas, merupakan unsur-unsur untuk menajamkan kemampuan antar pribadi, unsur-unsur pembentuk daya tarik, keberhasilan sosial, bahkan kharisma. Apabila seseorang memiliki ketrampilan tersebut dalam keterampilan sosial, maka akan dengan mudah menjalin hubungan dengan orang lain dengan cukup lancar, peka membaca reaksi dan perasaan orang lain, mampu memimpin dan mengorganisir, serta pintar menangani perselisihan yang muncul. Orang dengan ketrampilan seperti inilah yang disukai oleh orang sekitarnya karena bisa membuat orang sekitarnya menjadi tentram. Karena orang yang cerdas emosionalnya akan mengetahui perbedaan apa yang penting bagi dirinya dan orang lain.







[1] Ibid., 64.
[2] Ibid., 57-61.
[3] Karwadi, Kecerdasan Emosional, 26.
[4] Ibid., 514.
[5] Ibid., 42.
[6] Daniel Goleman, Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi, terj. Alex Tri Kantjono Widodo (Jakarta: Gramedia, 2003), 42.
[7] Ibid, 514.
[8]James. P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, terj. Kartini Kartono, Jakarta: Rajawali, 1999), 310.
[9] Goleman, Kecerdasan Emosi, 42.
[10] Karwadi, Kecerdasan Emosional, 27.
[11] Ibid, 514.
[12] Hude, Emosi: Penjelajahan Rasio, 277.
[13] Goleman, Kecerdasan Emosi, 43.
[14] Karwadi, Kecerdasan Emosional, 31.
[15] Goleman, Kecerdasan Emosi, 514.
[16] Ibid., 43.

Comments

Advertisement

Popular posts from this blog

Rumah Makan Unik Yogyakarta, “Kampoeng Mataraman” dengan Menu ala Rumahan

Berkunjung ke JIP Jam'iyatul Ihsan Pakis

Contoh Surat Permohonan Untuk Pembuatan Referensi Bank