Rezeki Dalam Lautan Cinta
Oleh : Tri Utafianto/10 Mei 2016
Dunia yang modern membawa kita kedalam kemajuan yang nyata,
namun disana-sini masih terlihat tetesan air mata dan keringat yang membasahi
jiwa dan raga.
Sebelum ayam berkokok, terkadang manusia sudah keluar dahulu,
bangun dan bekerja demi kehidupan sendiri, maupun penghidupan keluarga, ada
yang ke pasar untuk menjajakan jualannya, ada yang ke kantor untuk meneruskan
tugasnya, ada petani yang berangkat pagi untuk membajak sawahnya, semuanya
terlihat sibuk dengan pekerjaannya.
Sampai datangnya kegelapan yang merayapi teriknya matahri, terkadang
masih ada yang sibuk dengan pekerjaannya. Pedagang kaki lima yang asik melayani
para mahasiswa, berebut makanan karena kelezatanya dan harga yang terjangkau
oleh kantong mahasiswa.
Namaku Octha, Aku mahasiswa semester lima di sebuah perguruan
tinggi di tanah jawa, kampusku bersistemkan asrama bisa disebut juga pesantren
mahasiswa, karena segala kegiatan berada didalam kampus, jika ingin keluar
kampus harus izin, dan disana ada kyai yang selalu menididik kita untuk menjadi
lebih baik dari dalam segala hal baik dari segi akhlak maupun keilmuan.
Ketika aku berjalan didepan kampus, datang temanku sambari
pundakku, namanya Iyan “Hey Octha, apa kabar?” dia orangnya rame, aneh,
perhatian dan puitis. Namun kali ini ada yang berbeda dari dirinya. Terlihat
gelisah dan ada yang membingungkan dalam hatinya. “eh iyan, kok ndak seperti
biasanya, ada apa?”.
Iyan :” heheheeh, ini tha, aku lagi bingung, ketika aku
melihat dirinya, akupun luluh melentur melayang seakan terbang ingin
bersamanya”
Octha : “hedeh, ini orang kenapa ya, kok jadi eror begini,
jangan-jangan lagi kasmaran, iyan, kamu lagi jatuh cinta yah?”
Iyan : “ ndak tau nih tha, aku juga bingung”
Octha : “ Bingung kenape?”
Iyan :”pengennya sih mau lamar terus langsung nikah”
Octha :” iyan,,,sehat,?..ngelantur kamu yah ? atau jangan
jangan kamu lagi mimpi?”
Akupun terkejut dengan penjelasan iyan yang barusan ia
lontarkan, apa dia kesurupan atau ngigau atau apalah bagaimana menyebutnya
tidak tahu juga.
Octha :” beneran kamu iyan”
Iyan : “ iya, aku beneran,udah yakin banget, tapi masih ada
satu lagi yang bikin aku bingung, yaitu belum ada modal untuk hidup nantinya”
Octha :”hahahah,,ada ada saja kamu nih, ya udah sini ikut aku”
Iyan : “kemana?”
Octha :” Udah ikut saja dulu, protes melulu”
Aku dan iyan berjalan mengikuti apa yang aku katakan, berjalan
bersama menuju tempat yang sudah aku perkirakan, yaitu tempat, atau rumahnya
pak kyai, karena menurut aku disitu kami bisa medapat jawabannya atas
kebingungan yang melanda karena asmara cinta di umur yang sebearnya masih
dibilang dini. Mungkin dengan cerita atau wejangan yang beliau berikan kami
lebih tau menau akan hal itu entah diceritakan tentang rasul atau tentang
cerita yang pernah ada, yang penting dapat pencerahan itu mungkin akan menjadi lebih
baik.
Selang beberapa waktu, sampailah kita di tempat tujuan, dimana
lagi kalau bukan rumahnya pak Kyai, rumah yang masih berbentuk klasik di tanah
jawa, bisa disebut juga rumah Pendopo, karena bentuk arsitekturnya sama dengan
pendopo dengan empat tiang di tengahnya dan atapnya menjulang keatas, lalau
kami sebut saja sebagai rumah pendopo.
Iyan pun agak bingung, kenapa dia aku bawa kerumah ini,
Iyan : “Tha, ini kan rumahya pak kyai, kenapa kamu bawa aku
kesini?”
Octha : “Udah, ikut ajah dulu bawel baget sih kamu itu”
Akupun langsung mengetuk pintu dan mengucap salam “Assalamualiakum”, keluarlah seseorang paruh
baya dari rumah tersebut, siapa lagi kalau buka pak kyai kita di pesantren
mahasiswa ini. “Assalamulaikum pak kyai” sambil kusalami tangannya diteruskan
iyan menyalami pak kyai.
Pak Kyai :”Waalaikumsalam, ada apa tha? Kok tumben-tumben jam
segini kerumah saya.”
Octha :”maaf pak kyai sebelumnya sudah menggangu waktu pak
yai, ingin bicara sesuatu”
Pak Kyai :”wah kyaknya serius banget, ya silahkan duduk, sebentar
yah”
Kamipun di persilahkan duduk oleh pak Kyai sementara itu pak Kyai
memanggil istrinya dengan sebutan neng,”neng..buatkan minuman yah neng buat
anak anak ini”, “iya akang” jawab istrinya dengan suara yang lembut. Pak Kyaipun
bertanya kepada kami.”jadi bagaimana?” akupun langsung menjelaskan maksud
kedatangan kami kerumah beliau,
Octha :” sebelumnya saya minta maaf pak kyai, sudah menggangu waktu njenengan (anda), jadi
begini pak kyai, si iyan ini sudah ingin menikah, namun masih bingung nanti
bagaimana kehidupan setelah menikah, bagaimana menafkahi anak istri, bagaimana
mencukupi kebutuhan keluarga, jadi dia masih bingung. Karena dia berfikir, jika
tidak begini nanti tersebar fitnah sana sini.
“au”..si iyan mencubit kecil badanku sambil berbisik “ eh tha,
kok ndak bilang bilang kalau kamu ingin menanyakan itu kepada pak kyai, kan aku
malu sama pak kyai, kamu itu yah bener bener hemmmm, gimana nanti kau pak kyai
berfikir yang tidak-tidak sama aku?”. “ udah santai saja, lebih baik mencari
jawaban daripada menunggu sesuatu yang tidak jelas” jawabku. Seketika itu pak
yai mendeham “ehem”, akupun tersenyum sambil menatap beliau.
Beliaupun menjawab dengan senyum “oh begitu, sebelum melangkah
lebih jauh pak kyai ingin bertanya dahulu, iyan bener-bener sudah siap untuk menikah, karena menikah itu
bukan main-main, itu ikrar dan janji”
Iyan :” insyaallah sudah pak kyai, tapi Cuma itu saja yang
saya bingungkan bagaimana nanti menafkahi keluarga, mohon pencerahnya”.
“nah ini-ni yang biasanya
manusia takut untuk mengerjakan sunnah rasul, banyak efek negative dari
semua ini, entah dari pihak orang tua, entah dari diri sendiri, karena kurang
pengetahuannya akan hal tersebut, takut bagaimana hidp selanjutnya, bagaimana nantinya,
jadi begini nak, padahal udah belajar dari kecil mulai SD sampai sekarang,
kalian masih ingat pastinya lagu cicak-cicak didinding. Coba kalian perhatian
bait lyiriknya.
Cicak-cicak di dinding
Diam-diam merayap
Ada seekor nyamuk,hap
Lalu ditangkap
“Jika makhluk Allah ingin protes dan mengeluh maka cicak lebih
berhak untuk protes dari pada manusia, kenapa?, coba kita bayangkan, cicak itu
hewan yang merayap dan makanan cicak semuanya terbang. Namun sampai sekarang
belum ditemukan ada cicak yang busung lapar, mereka semua sehat.”
Mendengar penjelasan pak kyai kamipun tersenyum-senyum
sendiri, masa ada cicak burung lapar.
Lihat dulu lirik lagunya, cicak-cicak didinding. Diam-diam
merayap datang seekor nyamuk, dilanjutkan HAP, yang harus dilakukan cicak hanyap
HAP lalu ditangkap. Dari sini dapat kita simpulkan bukan, jangan pernah takut
dengan masalah rezeki, semuanya sudah ada yang mengatur, siapa Dia?, Allahu
Razik, Allah yang member rezeki kepada hamba-Nya, tugas kita hanynya berdoa dan
berusaha untuk mendapat ridhonya.
“bagimana iyan, masih takut untuk melangkah mengerjakan sunah
rasul?, tapi harus benar-benar disiapkan matang-matang jika ingin
mengerjakannya sedini mungkin, karena menikah bukan perkara mudah, harus siap
mental, dan harus yakin bahwa ini semua diniatkan untuk ibadah, bukan karena
hawa nafsu belaka.”
Selesai mendengarkan penjelasan sambil minum tea buatan ibu
kyai, kamipun mendapatkan pelajaran baru, yakni jangan pernah takut akan hal
apapun karena Allah sudah mengatur semua apa yang akan kita hadapi, yang harus
kita lakukan adalah berusaha dan berdo’a, dan keyakian yang kuat karena tanpa
Allah seorang hamba tidak ada apa-apanya.
وَأَنْكِحُوا
الْأَيَامَىٰ مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ ۚ
إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ ۗ
وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ.
Dan, kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu,
dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan
hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan
mereka dengan karunia-Nya. Dan, Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha
mengetahui. (QS
An-Nur :32)
Comments
Post a Comment