Air, Batu dan Anak didikku
Sungai Malo |
Air, Batu dan Anak didikku.
Oleh
: Tri Utafianto/30 April 2016
Pagi yang indah, embun yang sejuk menenangkan hati, kicauan
burung kesana kemari sambari pendegaaran ini. Angin sepoi-sepoi melambaikan
hembusannya ke selah selah dedaunan belakang sekolah, serasa dunia ini seperti
syurga, taman syurga yang dirindukan oleh para hamba-Nya. Lain dengan yang
dirasakan oleh fuad, serasa dunia ini kelam tak ada gairah untuk berbuat
sesuatu.
Fuad adalah anak didiku di lembaga pendidikan yang
bersistimkan asrama, kuliat dia melamun di jendela kelas memandang keluar
dengan pandangan kosong. Kudekati dia dan kutepuk pundaknya, “fuad, sedang apa
kamu?” tanyaku, dengan raut muka yang masih lesu malas dia menjawab “nggak
ustadz, ndak apa apa”,. Dalam benak fikiranku dia ada masalah dengan dirinya.
“wah,,wah,,pagi pagi gini udah melamun, sedang mikirin apa sih?, nggak mau
jujur nih sama ustadz?” sambil kurayu supaya dia mau jujur dan bercerita kepadaku,
mungkin aku bisa membantu menyelesaikan masalahya.
“heheehe, iya ustadz, sebenarnya fuad ada masalah, fuad bingung ustadz, selama ini fuad
belajar, memahami, menghafal tapi seakan akan hilang trus menerus dan susah
sekali belajar di sekolahan ini, kulihat temen-temen yang lain mudah menghafal
belajar dan lain sebagainya, apa lagi temen deketku si Alif, dia sebentar aja udh
bisa menghafal banyak, sepertinya saya itu hanya melakukan hal yang sia sia,
yah gitu deh ustadz”.
Tanpa disadari temen deket fuadpun datang, namanya Alif, dia
satu kelas dengan fuad, suka menghafal, cepat memahami pelajaran dan pintar,
orangnya agak bawel ceria dan santai, menganggap semuanya biasa aja.
“Assalamulaikum ustadz, heheh kenapa ustdaz ? ada apa dengan fuad ?, hemmmmm
saya tahu ustadz, pasti dia pingin pulang, ia kan ustdaz.?..hemmmm fuad fuad
hedeh”
Alif sudah tau semua tentang fuad, karena dia adalah teman
dekatnya fuad. Serentak seketika itu fuad melihat alif dan berkata ,” heh alif,
kamu mah enak, pinter, cepet paham, cepet hapal, lah aku lama banget buat itu
semua, mungkin takdir mengatakan aku tidak cocok untuk belajar di lembaga
pendidikan ini”. Aku pun tersenyum melihat tingkah laku mereka berdua, kuajak
mereka untuk mengikutiku ke sungai di belakang asrama. “ fuad, alif ayo ikut
ustadz ke sungai”. Mereka berduapun bingung namun tetap mengikuti kata-kataku
untuk mengikuti ke sungai.
Perjalanan menyusuri sungaipun dimulai, terlihat percikan air
yang mengenai bebatuan, gemericik suara air yang menenagkan hati, rerumputan
yang melambai-lambai terkena terjangan arus air membuat indahnya alam semaikn
bertambah, karena masih pagi, kami masih bisa merasakan embun yang menempel
pada dedaunan yang berada di pinggir sungai.
“Fuad, alif, coba kalian rasakan keindahan alam ini, begitu
indah bukan, mereka adalah makhluk ciptaan Allah yang selalu bertasbih ke
pada-Nya. Coba fuad, kamu lihat batu yang disana, ada yang berbeda ndak?”.
“ndak ada ustdaz, biasa aja ada air batu di sungai” akupun
menyuruhnya untuk memperhatikan kembali batu itu.” Coba deh liat lagi yang
teliti” namun jawaban yang dilontarkan oleh fuad sama saja dengan jawaban yang
pertama.
Akhirnya kujelaskan dan kuajak mereka berdua untuk
memperhatikan lebih jeli batu dan air itu,”sini coba, perhatikan baik baik yah,
ustadz Tanya kamu fuad, bagaimana keadaan batu itu?”, fuad pun seketika
menjawab, “ bentuk nya oval ustdaz namun ada lubang lubang di sekelilingnya,
apalagi di percikan air yang mengalir langsung kebatu, lubangnya agak besar”.
Tersenyum diriku meliat penjelasnya, polos dan masih belum
bisa membaca apa sebenarnya di balik semua
ini.” Bagus, coba fuad bayangkan sekarang, batu itu keras atau lunak ?
air itu lunak atau keras?” fuadpun menjawab ,”ah ustadz nih sukanya gitu, bikin
fuad bingung, jelas lah ustadz batu itu benda keras, sedangkan air itu benda
cair”. Ternyata fuadpun belum bisa memahami dibalik semua ini.
Akhirna kujelaskan satu persatu, “bener banget fuad, batu
benda keras, air benda cair, namun fuad tahu bahwa lubang yang ada di batu
tersebut tercetak karena percikan air yang mengenai batu itu terus menerus, dan
batupun ahirnya berlubang”. Si alifpun tersenyum dan mulai meahami apa yang ku
maksudkan. “fuad, kok bengong? Ada apa?”, fuad menjawab sambil tersenyum “ maaf
ustadz, seakrang fuad faham apa yang ustadz maksudkan dengan semua ini, sesulit
apapun itu jika kita selalu berusaha pasti akan ada hasilnya, air saja bisa
mengalahkan batu yang sekeras itu dengan percikannya, apalagi fuad, pasti fuad
bisa menghafal dan belajar walupun itu sulit, yang penting usaha dan do’a, gitu
kan ustadz”..akupun tersenyum melihatnya, cukup dengan anggukan kulantunkan
kepadanya sebuah kata “ bener baget fuad nih,,,hemmmm pinter banget sih anak
nih, anak siapa sih ini sambil kupengang rambutnya”.
Mulai dari situ fuad mulai belajar banyak tentang kehidupan,
tentang filsafat alam yang banyak tersimpan disana tanpa ia sadari, banyak logika
yang masih tersembunyi yang harus di pelajari.
semuanya bisa kita kerjakan dan kita gapai jika kita berusaha
dan berusaha, tidak ada kata tidak mungkin.
Keeppp spirit. Inspire others.. Juhiiyyuuuyy
ReplyDeleteDo'anya sob..moga dipermudah nulisnya..heheh
ReplyDelete